KEKHASAN MASYARAKAT BALI AGA

02 Desember 2019 11:49:52 WITA

Masyarakat yang mendiami Pulau Bali umunya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masyarakat “Bali Aga” dan masyarakat “Bali Majapahit”. Adanya sebutan dua kelompok masyarakat tersebut adalah untuk membedakan masyarakat yang lebih dahulu datang ke Bali dengan masyarakat yang belakangan datang ke Bali (Reuter, 2005: 33). Masyarakat Bali Aga adalah kelompok masyarakat yang lebih awal datang ke Bali, mendiami desa-desa di pegunungan Bali, dan lebih sedikit terkena pengaruh Majapahit (Reuter, 2005: 391-394; Dharmayudha, 1995: 35; Pitana, 1994: 145).  Sedangkan, masyarakat Bali Majapahit adalah kelompok masyarakat yang datang belakangan ke Bali, pada umumnya mendiami daerah-daerah dataran (perkotaan), dan lebih banyak terkena pengaruh Majapahit (Reuter, 2005: 394-403, Pitana, 1994: 145).

Masyarakat Bali Aga memiliki kebudayaan yang sedikit berbeda dengan kebudayaan masyarakat Bali Majapahit (Bali daratan). Kebudayaan Bali Aga sudah ada sebelum masuknya kebudayaan Majapahit ke Bali pada tahun 1343 masehi. Kebudayaan Bali Aga/Kuna merupakan hasil sikritisme antara kebudayaan prasejarah dengan kebudayaan Hindu sehingga menghasilkan suatu bentuk kebudayaan yang mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan kebudayaan prasejarah, kebudayaan Hindu ataupun kebudayaan Bali Majapahit.  Karakteristik kebudayaan Bali Aga secara garis besar dapat diketahui dari penjelasan Reuter (2005: 421) yaitu: (1) Orang Bali Aga tidak membakar orang yang meninggal, (2) Orang Bali Aga tidak mengakui adanya kasta, (3) Orang Bali Aga tidak berkonsultasi dengan para pendeta Barhmana (pedanda), (4) Orang Bali Aga tidak menggunakan mantra (kata-kata suci) Sankret dalam persembahyangan, dan (5) Orang Bali Aga tidak memilih pemimpin desa berdasarkan kecerdasan.

Dharmayudha juga secara jelas menguraikan karakteristik masyarakat Bali Aga, yaitu: (1) Pada desa Bali Aga pemerintahan desa dipimpin secara berkelompok, yang dipimpin oleh Kubayan, Kebau, dan Senggukan, (2) Pada desa Bali Aga tidak mengenal kasta, (3) Desa Bali Aga mengenal adanya tanah-tanah Druwe Desa, (4) Banyak kata-kata khas yang dimiliki oleh masyarakat Bali Aga (Dielek Bali Aga), (5) Pengaruh Hindu tidak begitu kuat pada masyarakat Bali Aga, (7) Pada upacara ngaben masyarakat Bali Aga tidak membakar mayat (Dharmayudha, 1995: 36). Beberapa desa-desa di pegunungan Bali yang memiliki tradisi dan kebudayaan Bali Aga diantaranya adalah desa Trunyan, Tenganan Pagringsingan, Sukawana, Selulung, Bayung Gede, Manikliu, Sembiran, Julah, Cempaga, Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, dan lain-lainnya (Dharmayudha, 1995: 35).

SUMBER:
Dharmayuda, Made Suasthawa.1995. Kebudayaan Bali: Pra-Hindu, Masa Hindu, Dan Pasca Hindu. Denpasar: Kayumas Agung

Pitana, I Gde. 1994. “Mosaik Masyarakat dan Kebudayaan Bali”. Dalam  Dinamika Masyarakat Dan Kebudayaan Bali (Editor: I Gde Pitana). Denpasar: Ofset BP. Halaman: 3-16

Reuter, Thomas A. 2005. Custodias Of Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di Pegunungan Bali (Penyunting: I Nyoman Dharma Putra; alih Bahasa: A. Rahman Zainuddin). Jakarta: Yayasan Obor Rakyat

Komentar atas KEKHASAN MASYARAKAT BALI AGA

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Sidetapa

tampilkan dalam peta lebih besar