Desa Sidetapa, Warisan Leluhur yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi
admin_sidetapa 13 November 2025 13:23:23 WITA
Desa Sidetapa, Warisan Leluhur yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi
Desa Sidetapa terletak pada ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut, tepatnya berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Dikelilingi oleh perbukitan hijau dan hamparan perkebunan yang luas, Desa Sidetapa menyuguhkan panorama alam yang menenangkan. Udara sejuk pegunungan berpadu dengan suasana pedesaan yang asri, menjadikan desa ini tampak seperti permata tersembunyi di Bali Utara.
Desa Sidetapa terdiri dari tiga dusun, yakni Dajan Pura, Delod Pura, dan Dusun Lakah, yang dikenal sebagai salah satu desa Bali Aga yang masih menjaga keaslian adat dan tradisinya. Di tengah pesatnya perkembangan zaman, masyarakat Desa Sidetapa masih tetap teguh mempertahankan nilai-nilai leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.
Prebekel Desa Sidetapa, I Made Sutama, menjelaskan bahwa Desa Sidetapa memiliki sejarah panjang yang erat dengan nilai spiritual. Nama “Sidetapa” berasal dari kata “Side” yang berarti bisa dan “tapa” berarti bertapa dan saat ini dikenal dengan desa Bali Aga. Sebelum ditetapkannya lokasi desa saat ini, leluhur zaman dulu berpindah-pindah tempat untuk mencari lokasi yang tepat, karena mengalami berbagai rintangan dan godaan, seperti adanya semut, menemukan kepala terpenggal, hingga penyakit. Akhirnya memutuskan untuk melakukan tapa hingga menemukan lokasi yang tepat seperti saat ini. Alam dan Rumah Masyarakat
Desa ini memiliki kekhasan yang membedakannya dari desa lain di Bali, terutama dari segi adat, arsitektur rumah adat tradisional, bahasa dan kesenian sakral.
Rumah adat khas Desa Sidetapa memiliki julukan yaitu Bale Gajah Saka Roras Tumpang Salu, yang terdiri dari kata “Bale Gajah” berarti besar, “Saka Roras” berarti tiangnya ada dua belas, dan “Tumpang Salu” berarti tiga undagan atau tingkatan, yaitu prahayangan untuk tempat sembahyang dan tempat menyimpan barang sakral serta tempat tidur, pawongan untuk tempat memasak dan membuat sarana upacara, serta palemahan yaitu sebagai tempat menerima tamu.
Bangunan rumah adat ini didominasi oleh bahan dari kayu yang didesain rapi dan khas, memberikan kesan hangat serta alami di dalam ruangan. Rumah adat zaman dulu didesain sederhana dengan tembok rumah dari tanah dan tidak menghadap ke jalan. Namun, seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, masyarakat Desa Sidetapa tidak meninggalkan rumah adat warisan leluhur tersebut. Kini, masyarakat justru terus melestarikan dengan mendesain rumah adat mengikuti arus modernisasi, tetapi masih tetap mempertahankan makna dan bentuk aslinya. Bahkan, di setiap keluarga yang sudah melakukan upacara yang disebut sebagai upacara munya diharuskan untuk membangun rumah adat sebagai tempat sembahyang.
Selain adanya keunikan arsitektur berupa rumah adat khas, bahasa khas Sidetapa juga masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bahasa ibu oleh masyarakat setempat dan sebagai simbol identitas budaya yang terus dijaga hingga saat ini.
Dalam hal tradisi dan upacara adat, masyarakat Sidetapa masih melaksanakan berbagai ritual seperti banten Bali taksi, galungan dan kuningan, makraman, serta banten punjungan dan saji yang dilaksanakan di rumah adat. Banten punjungan diperuntukkan upacara anak-anak, sedangkan saji persembahan untuk orang yang sudah meninggal. Di samping itu, terdapat upacara yang diselenggarakan dipura Catur Kahyangan meliputi Pura Bejana, Pura Munduk, dan Pura Rambut Tunggang.
“Nilai-nilai yang diajarkan yaitu mengenai tradisi di adat, masalah rapat-rapat Bhuda Kliwon yang dihadiri oleh para pakraman, dan tradisi yang diwariskan itu sampai saat ini. Masyarakat yang khususnya yang ada di Sidetapa, tidak berani sama sekali untuk merubah yang ada diadat terutama masalah galungan dan kuningan, pengabenan dan tarian sakral masih dilestarikan.” ujar I Made Sutama saat ditemui pada Senin (10/11/2025).
Peran generasi muda dalam melestarikan budaya juga sangat penting. Pemerintah desa rutin mengadakan pelatihan bagi pemuda diantara tiga dusun untuk mewariskan nilai budaya dan menjaga kelestarian lingkungan.
Mengenai pengaruh modernisasi, I Made Sutama menegaskan bahwa adat Sidetapa masih mampu bertahan dan menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri di tengah perkembangan teknologi. Namun demikian, meski adat dan budaya masih kuat, beliau mengakui adanya tantangan baru, terutama dari peredaran narkoba yang bisa mengancam generasi muda. Maka, pihak desa bekerja sama dengan aparat hukum guna melakukan pencegahan secara serius.
Desa Sidetapa sebagai desa agraris, lebih dari 75% masyarakat bermata pencaharian di bidang pertanian, kewirausahaan, pegawai negeri, dan penganyam. Dalam pertanian, Sidetapa memiliki komoditas utama seperti cengkeh, durian, manggis, avokad, mangga, kelapa, pepaya, dan pisang. Kualitas hasil pertaniannya dikenal unggul.
Sementara pada bidang penganyam, kini telah menghasilkan berbagai jenis anyaman bambu yang dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat dan dijual hingga luar daerah seperti keranjang, sokasi, kukusan, orderan lampu dan lain sebagainya.
Dalam menjaga kelestarian alam, masyarakat memiliki aturan adat yang ketat, seperti adanya larangan menebang pohon sembarangan tanpa izin, dan menembak burung, khususnya di wilayah-wilayah sakral seperti Batu Nunggul dan Kayuan Mas. Pelanggaran terhadap aturan ini diyakini dapat membawa akibat buruk secara spiritual maupun non spiritual.
Harapan dari I Made Sutama sebagai prebekel Desa Sidetapa yaitu agar seluruh masyarakat bersama-sama membangun Sidetapa menjadi desa yang sejahtera, unggul, aman, dan bermartabat. Ia juga menepis stigma negatif masa lalu
“Dulu image Sidetapa dikatakan keras, begitu juga pencurian, pembunuhan. Namun, itu sudah berlalu, dan sekarang Sidetapa itu sudah bersinar, dalam hal ini bukan berarti sudah suci tetapi Sidetapa sudah melakukan suatu hal yang berdampak baik pada generasi muda dengan mengajarkan mengenai hal positif, dan mari bersama memajukan desa baik dalam bidang pemerintahan, adat, muda-mudi, suka duka, tempekan dan lain sebagainya kita garap bersama, sehingga orang luar bisa kagum dengan Desa Sidetapa yang kita cintai,” ujar I Made Sutama.
Kini, Sidetapa bukan hanya dikenal sebagai desa Bali Aga yang lestari, tetapi juga sebagai simbol dari keteguhan masyarakat Bali dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur di tengah perubahan zaman.
Penulis : Putu Jumaeni
Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha
Dokumen Lampiran : Desa Sidetapa, Warisan Leluhur yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
| Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
| Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
| Jumlah Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
















